System

ACH #1: Catatan Festival Tari Anak Nasional 2016

Taufik Junaidie Taufik Junaidie 7 min read

Postingan kali ini saya ingin mengulas tema ACH. ACH itu sendiri kependekan dari Analisis Catatan Harian, yang tujuannya mengulas kejadian, peristiwa yang terjadi dalam kehidupan baik diri saya pribadi maupun orang lain.

ACH kali ini saya coba bahas tentang Festival Tari Anak Nasional 2016.

Kenapa saya membahas ini? Karena sebagai bahan tulisan saja, dan mencoba mengambil hikmahnya.

Oh ya, Festival Tari Anak Nasional 2016 ini berlangsung di Jakarta Bulan Agustus lalu. Perwakilan Kalimantan Selatan mempercayakan kepada Kab. Kotabaru untuk penggarapan tarian.

Sedangkan Anak yang diikutkan dalam festival ini ada 7 anak. 5 diantaranya bersekolah di tempat kami SDN 1 Hilir Muara (Kotabaru), 1 orang berasal dari Tanah Bumbu, dan 1 orang dari Banjarmasin.

Lalu, apa hikmah yang bisa saya petik dari Festival Tari Anak Nasional 2016 ini? Berikut selengkapnya.

1. Impian

Impian adalah gambaran tujuan yang ingin dicapai setiap orang. Dengan impian dapat membuat tujuan seseorang lebih jelas.

Meskipun berimpian itu gratis, namun saya yakin, selama ini bukan hanya saya yang beranggapan bahwa impian itu terkadang hanya sebatas impian.

Namun berbeda impian saya yang satu ini.

Jadi ceritanya, sebelumnya saya ada memiliki impian yang sudah saya pasang sejak 2 tahun lalu. Yaitu saya sangat menginginkan sekali ada murid saya yang berhasil mengikuti event tingkat nasional.

Itu hayal-hayalan juga sih sebenarnya.

Tapi ternyata, tanpa disangka selang 2 tahun kemudian, impian itu perlahan muncul. Cara perwujudan impian itu pun unik, bahkan datang dari arah yang tidak saya kira.

2. Impian itu Ternyata Bagai Membangun Jembatan

Kadang seperti kebetulan, atau seperti keberuntungan.

Namun saya percaya alam ini bekerja dengan sendirinya membangun jembatan kehidupan menuju impian yang diimpikan.

3. Asal Mula Mendapat Kesempatan Mengikuti Festival Tari Anak Nasional 2016 di Jakarta


Asal mulanya adalah siswi kami berhasil juara 1 di ajang Lomba Tari Anak Kreasi Daerah 2016 yang diadakan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bulan Februari 2016 lalu. Perform mereka mendapat perhatian dari Juri.

Selang beberapa waktu, mereka ditawari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kotabaru dan Tim Kesenian yang akan melatih Tari Anak Kotabaru, dan mewakili Kalimantan Selatan untuk mengikuti lomba Tari Anak Nasional 2016 di TMII Jakarta.

Saya sempat kaget kenapa jadi siswi dari sekolah kami yang menjadi terpilih. Serasa seperti mendapat durian runtuh.

Ternyata penunjukan tersebut hasil dari review mereka bersama tim pelatih tari anak Kalsel, yang di dalamnya adalah juri Lomba Tari Anak Kreasi Daerah 2016 Bulan Februari 2016 lalu.

4. Keterbatasan Bukan Berarti Terbatas, Bebas Bukan Berarti Bebas Lepas

Keterbatasan bukan berarti terbatas

Sekolah kami yang letaknya di atas gunung, walaupun masih di daerah perkotaan, namun masalah bangunan masih bisa disamakan dengan daerah terpencil.

Kenapa jadi saya sebut seperti itu?

Karena kondisi sekolah yang cukup miris.

Sekolah kami memiliki 6 kelas, 3 lokal bisa dibilang kurang layak, lantai berlubang, dinding bolong bolong, kursi meja rusak, bahkan ada yang satu kursi berdua, dan lebih parah meja dijadikan kursi dengan membalik meja tersebut. Dan salah satu kelas yang saya sebutkan tadi adalah kelas yang saya gunakan pada saat mengajar kelas 5 tahun ajaran 2015/2016 yang telah lalu.

Pesan dari point ini, saya bukan bermaksud menyampaikan kekurangan yang dimiliki oleh sekolah kami, atau curhat masalah sistem pembangunan fasilitas pendidikan di Indonesia yang belum merata.

Di balik itu semua ada hikmah yang saya dapat, yaitu "keterbasan bukan berarti membuat terbatas untuk berekspresi, berkreasi dan menghasilkan prestasi".

Ciee... jadi gaya nih, hehe...

Coba Anda lihat foto siswi-siswi di atas, menunjukkan kondisi tempat mereka berlatih menari dan juga merupakan kelas mereka untuk belajar. Sungguh memprihatiknkan.

Tau gak, itu lantainya bolong-bolong. Bahkan pernah, kaki anak-anak masuk dan terjepit di lubang tersebut, saat nari. Hufff...

Bebas bukan berarti bebas lepas

Prinsipnya menari di sini mengajarkan mereka bergerak. Karena kebanyakan anak yang pintar bergerak, rata-rata memiliki kepandaian akademis bagus.

Kalau mereview siswi-siswi dari sekolah kami yang mengikuti festival tari anak Nasional 2016, peringkat raportnya antara 1-5 di kelas masing-masing.

Selain itu, dengan mengajarkan tari khas daerah, mendorong mereka untuk lebih berkesenian, namun tetap menjaga norma dan kesopanan dan adat ketimuran yang menjadi ciri khas kita.

Kalau kita perhatikan acara di Televisi, dan generasi muda sekarang sudah banyak tersusupi kebudayaan dari barat. Mulai dari tata busana dan perilaku yang menggerus kebudayaan asli ketimuran kita.

Dengan melestarikan kebudayaan khas daerah, kami berharap tidak melepaskan jati diri bangsa Indonesia. Jadi, bebas berekspresi bukan berarti harus bebas sebebas-bebasnya dalam segala hal.

5. Judul Tariannya: Bagipang Kudaku Kuda Gipang

Tim kesenian Kalsel (Pelatih Tari dan Pemusik) luar biasa menciptakan tarian dan musik untuk Lomba Tari Anak Nasional di Jakarta tempo lalu. Karena mereka terdiri dari orang-orang yang kompeten dan sudah malang melintang dalam dunia kesenian khas daerah Kalimantan Selatan. Salut buat mereka.

Lewat tarian anak ini, Tim sudah berhasil mengangkat cerita rakyat Kalimantan Selatan. Yaitu cerita Mahapatih Lambung Mangkurat.

Singkat ceritanya, konon pernah suatu waktu beliau mau menaiki kuda putih milik beliau. Namun anehnya seketika kuda tersebut lumpuh. Dengan kesaktian beliau miliki, kuda putih tersebut beliau angkat dan diapit di ketiak. Nah inilah yang menjadi asal usul kenapa kuda Gipang Banjar di gapit, bukan ditunggangi.

6. Penata Rias dan Busana Terbaik

Even Tari Anak Nasional diadakan di Taman Mini Indonesia Indah bulan Agustus 2016 lalu, diikuti lebih dari 30 Provinsi se Indonesia.

Walaupun Kalsel tidak mendapat penyaji terbaik, namun Kalsel mendapat penghargaan penata Rias dan Busana terbaik. Hal tersebut sungguh pencapaian yang sangat luar biasa.

7. Di Belakang Layar

Keberhasilan penampilan ditentukan oleh banyak pihak. Mulai dari dukungan dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta kerja keras Tim Kesenian Kab. Kotabaru dan kru pendukung.

Tim Pelatih tari diantaranya Ka Ifir, Lela dan Ana. Untuk urusan kostum yang sangat keren, saya ucapkan trimakasih banyak buat Ka Herly dan juga Ka Misda.

Selain itu penata musik digawangi Erwin, ka Jaya, ka Aming dan kawan kawan, mohon maaf tidak bisa saya sebutkan satu per satu karena personelnya sangat banyak.

"Prof". Sofyan dan kawan kawan, mehandle masalah properti yang sangat dan kreatif. Juga ka Rudi, selain sebagai orang dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, beliau juga turut campur tangan dalam urusan musik.




8. Berkontribusi Bagi Sekolah Bisa Diusahakan dengan Banyak Cara

Hal yang saya petik di sini, semua murid memiliki telenta, namun banyak yang tidak tereksplore. Untuk itu perlu campur tangan lebih oleh guru untuk menggali potensi mereka.

Apabila guru tidak kompeten dalam bidangnya, minimal ada itikat usaha membantu menyalurkan mengeksplore potensi murid, misalnya meminta bantuan kepada ahlinya.

Selain itu, hal tersebut bisa dijadikan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Guru hanya membantu memperlancar proses pelatihan mereka. Sehingga terjadi sinergi yang maksimal.

Menurut saya di setiap sekolah perlu mengembangkan ekstrakurikuler, karena banyak siswa yang rendah dalam akademik namun bagus dalam hal non akademik.

9. Mimpi saya selanjutnya, kepengen ada murid saya yang bisa mengikuti event internasional

Sebagian orang mungkin membaca point di atas adalah menganggap terlalu muluk-muluk dan ketinggian kali, bahkan ada yang tertawa. Mumpung juga gratis, kenapa tidak berimpian setinggi tingginya bukan?

Apakah Anda juga ada memiliki impian seperti saya. Apakah di antara kita ada yang berhasil mewujudkan impian, murid kita bisa mengikuti even internasional? Kalau ada silahkan sharing di sini.

Saya yakin, dengan bermimpi setinggi-tingginya, dan dengan niat yang kuat. Kehidupan akan membentuk jembatan dengan sendirinya untuk menggapai impian tersebut.

Kalaupun tidak terwujud, perasaan kecewa itu adalah hal wajar. Namun saya percaya kehidupan ini memberi cara unik memberikan perwujudan impian tersebut.

Taufik Junaidie
Taufik Junaidie Kepala Sekolah, Finalis 5 besar SRB 2022, Certified Teacher, Google Certified Educator Lev. 2, Juara 1 Vidio Animasi se Kalsel, and Blogger
Komentar