System

Trik Soft Mengetahui Image Diri di Mata Peserta Didik Melalui Materi Pelajaran Tokoh dan Penokohan

Taufik Junaidie Taufik Junaidie 5 min read

"Bapak ini orangnya begini.."

"Ibu ini orangnya begitu.. "

Hal ini yang kita dengar jika melihat dari sudut pandangan orang lain tentang image diri.

Walaupun terkadang pahit dan tidak mengenakkan mendengarnya, namun itulah gambaran diri kita sebenarnya.

Meski begitu, hal tersebut bisa menjadi salah satu refleksi diri.

Namun kita sebagai guru sering mengabaikan hal ini. Perasaan, sikap kitalah yang bagus daripada peserta didik. Kitalah yang harus mengajari mereka cara bersikap yang benar.

Sikap dan perasaan seperti inilah yang bisa menutup diri untuk memperbaiki diri.

Sehingga kita tidak mengetahui bagaimana sih image diri kita di mata mereka. Asumsi kita, image diri kita yang bagus. Tapi ternyata belum tentu bagus di mata mereka.

Pantas saja, terkadang sering kita mengupayakan yang terbaik bagi mereka. Eeeehhh... mereka malah seperti tidak menghargai sama sekali.

Mungkin kita perlu muhasabah diri.

Apa yang salah dari diri kita di mata mereka.

Oleh karena itu, mengetahui seberapa baik dan buruknya image/citra diri itu penting. Yang kurang baik diperbaiki, yang sudah bagus kita pertahankan.

Seperti kata-kata Soegianto Haryono"Change your self-image, change your life. Dengan mengubah citra diri menjadi memadai, realistik dan positif, maka buah-buah manis akan anda petik di masa yang akan datang".

Jadi bagaimana jika kita ingin mengetahui image diri?

Apakah kita perlu bikin angket, dan membagi kepada peserta didik?

Ada cara yang lebih mudah dan tak perlu repot bikin angket.

Beberapa minggu lalu saya gak sengaja nemui trik ini yang dilakukan sambil belajar. Dengan menyisipkan pertanyaan langsung, di dalam materi pelajaran tokoh dan penokohan.

Dengan cara ini membuat Anda lebih percaya diri bertanya langsung mendengarkan isi hati dari peserta didik, tentang image diri Anda di mata mereka.

Kenapa menggunakan materi pelajaran tokoh dan penokohan?

Mungkin bagi kita sangat mudah membedakan antara tokoh dan penokohan dalam suatu cerita.

Namun Faktanya peserta didik sering tertukar dan sulit membedakan kedua kata tersebut. Akhirnya peserta didik saya, sering bertanya kembali materi tersebut.

Beberapa minggu lalu, tanpa sengaja saya menemukan ide menjadikan diri saya sendiri sebagai model/ media konkrit memahami materi tersebut.

Sambil menyelam minum air, sekalian saya sisipkan dengan halus, pertanyaan untuk mengetahui image diri saya.

Hal inilah asal mula ketemu trik ini, kenapa menggunakan materi tokoh dan penokohan pelajaran Bahasa Indonesia untuk mengetahui image diri.

Langkah-langkah

Jika Bapak/Ibu juga tertarik ingin melakukan trik ini, berikut langkah-langkah yang saya lakukan.

1. Sampaikan dan jelaskan lebih dulu pengertian tokoh dan penokohan

Biar lebih jelas, tidak apa-apa saya jelaskan lagi di sini.

  • Tokoh adalah pelaku/pemeran dalam suatu cerita.
  • Penokohan/perwatakan adalah karakter/sifat dari tokoh tersebut.

Jika diperhatikan, memang kata tokoh dan penokohan itu terlalu mirip. Sehingga anak-anak sering bingung.

Namun apa daya, materi yang dimuat di sekolah-sekolah seperti itu...

2. Berikan 2 contoh tokoh familiar yang memiliki karakter berseberangan (misal: baik-jahat/ pintar-bodoh)

Contoh adalah hal wajib setiap pelajaran bukan? Nah yang paling baik tentu yang mudah dikenali oleh peserta didik.

Misalnya tokoh Bawang Merah & Bawang Putih. Tokoh ini cocok untuk mewakili jahat dan baik.

3. Ajak peserta didik Bapak/Ibu mengidentifikasi kedua tokoh tersebut

Tokoh :

  1. Bawang Merah
  2. Bawang Putih

Penokohan :

  1. Bawang merah sifatnya jahat, licik, suka menindas.
  2. Bawang Putih sifatnya sabar, rendah hati.

Kalau sudah begini mereka pada ramai menjawab, karena sangat kenal dengan kedua tokoh tersebut dan lebih mudah mengidentifikasinya.

4. Perkuat lagi dengan contoh tokoh yang lain

Dua Tokoh lain yang berseberangan misalnya tokoh si Kancil dan Buaya.

Kemudian lakukan lagi identifikasi bersama-sama peserta Bapak/Ibu.

Kelas pasti semakin riuh, karena mereka merasa sudah seperti ahli. Kebalikan dari awalnya yang sering tertukar, yang mana tokoh yang mana penokohan.

5. Jadikan diri kita model plus satu orang guru pembanding

Kenapa perlu satu orang guru pembanding?

Sebenarnya Agar soft aja, sehingga tidak disadari oleh mereka bahwa Anda ingin mengetahui image Anda di mata mereka.

Selain itu juga biar kelihatan 2 karakter dari 2 tokoh yang berbeda.

Tapi Anda tidak perlu mengundang guru pembanding tersebut hadir di kelas Anda. Cukup lakukan identifikasi bersama saja seperti langkah yang saya lakukan dalam percakapan berikut (S = saya, P = peserta didik).

S: Anak-anak, ayo coba tebak lagi tokoh dan penokohan guru mu di sekolah ini.
P: "Ayo pak...". (anak-anak makin tertarik)
S: "Tokoh guru mata pelajaran xxx (sengaja disamarkan) siapa ayooo.. ?".
P: "Bapak xxx Paaaaaak...". (Rebutan jawab)
S: "Terus, tokoh guru wali kelas kalian siapaaaaa..?".
P: "Bapak Taufiiiiiiiiikkkkk..". (Kompak semua jawab, haha.. Wong guru kelasnya sendiri ^_^)
Kelas pun semakin ramai.
S: "Nah sekarang coba sebutkan penokohan Bapak xxx.....".
P: "Nganu Pak..., Bapak xxx orangnya pendiam, sabaran, gak banyak bunyi... (Jawaban agak serempak)

(Nah udah bisa ngeidentifikasi....)

S: Ohhh gitu... Kalo penokohan Bapak Taufik?
P: (ada beberapa menyebutkan bersamaan) "Baiikkk Paaaakkk.....(wah senang dengarnya)
Sebagian yang lain ada juga bilang, " Lucuuuu Paaaak"... (sedikit kaget, tapi memang suka ngelucu kadang-kadang ^_^)

Yang bikin saya agak shock, salah seorang siswi mengungkapkan hatinya, dengan agak takut dan ragu, "Bapak Galaaakkkk Pak.. " (waduh mau jatuh.. Wkwkwkkw)

S: "Hah masa Nak? Bapak galak ya, bukannya pemarah?". 
P: "Bapak gak pemarah tetapi galak aja Pak..".

(Waduh, saya malah merasa pemarah, tapi ternyata gak dianggep, malah dianggep galak..^_^)

Tapi emang saya kadang bisa galak, untuk situasi tertentu yang memang butuh galak.

Nah itu lah gambaran dialog saya saat memancing dengan bertanya langsung tentang image saya sendiri di mata anak-anak.

Kesannya lebih natural, soft bukan? atau gimana lah.. Sedikit bingung saya menggambarkannya. Yah pokoknya gak bikin nganu lah...

Selain itu cara ini membuat peserta didik dengan suka rela meungkapkan isi hati mereka. Karena mereka merasa mengungkapkan image Anda bukan karena Anda pinta, namun merasa masuk ke dalam konsep pembelajaran.

Nah ini lah yang saya maksud cara soft/ lembut/ halus mengetahui image diri melalui materi tokoh dan penokohan.

Bisa kah diterapkan di kelas lain?

Sebenarnya bisa aja dimodifikasi, atau disisipkan dengan materi lain. Contoh jika dimodifikasi dan disisipkan dengan dengan pelajaran IPS. Misalkan saja materi kerajaan Mataram.

Dalam materi tersebut bisa kita kisahkan dulu tentang Patih Gajah Mada. Beliau adalah sosok yang gagak perkasa yang mampu menaklukkan nusantara, dan seterusnya.

Kemudian Anda bisa beri pertanyaan, "Bagaimana jika seandainya kalian yang jadi Patih Gajah Mada, bisa gak melakukan hal tersebut?".

Pasti rebutan jawab, "Bisa paaaakkkk..".

Jawab saja, "Wah Belum tentu. Karena semuanya tergantung penokohan kamu."

Pasti ada yang bertanya, "Kok begitu pak?"

"Ya begitu,

Misalnya si Jono penokohannya seorang penakut, jika diberi kedudukan seperti posisi Patih Gajah Mada, bisa gak mencapai tujuan menaklukkan nusantara?

Ya gak kan? Wong penakut, gimana mau perang? Bisa bisa lari duluan...".

Setelah itu bisa sisipkan pertanyaan yang bisa menggali image diri Anda.

"Kalau bapak yang jadi Patih Gajah Mada, bisa gak?".

Pasti ada yang jawab, bisa dan gak bisa.

Nah lemparkan pertanyaan lagi, "Yang jawab gak bisa, emang penokohan bapak gimana?".

"Yang jawab bisa, emang penokohan Bapak gimana?"

Naah.. mudah bukan? Sebenarnya tinggal kita aja lagi yang cerdik-cerdik nyisipkan ke dalam pelajaran.

Kesimpulan

Mengetahui image diri itu penting guna menjadi muhasabah diri.

Terimalah sepahit apa pun masukan dan penilaian dari orang lain. Karena dengan begitu bisa menjadi bahan refleksi diri Anda.

Pribadi yang bagus adalah bukan pribadi yang pandai mengkritik namun pribadi yang mau menerima dan mendengarkan kritikan dari orang lain. Kemudian berusaha memperbaiki diri.

Untuk mengetahui image diri di mata anak-anak bisa dilakukan dengan soft seperti cara di atas.

Jadi, apakah Anda juga pernah melakukan trik di atas. Jika tulisan saya ini membantu, silahkan berikan testimoninya ya.

Silahkan juga masukkan kritik dan sarannya. Saya sangat sadar, saya juga adalah manusia biasa yang perlu mendapat kritikan untuk memperbaiki diri.

Taufik Junaidie
Taufik Junaidie Kepala Sekolah, Finalis 5 besar SRB 2022, Certified Teacher, Google Certified Educator Lev. 2, Juara 1 Vidio Animasi se Kalsel, and Blogger
Komentar