System

6 Langkah Efektif Menerapkan Hukuman Menulis

Taufik Junaidie Taufik Junaidie 4 min read

Bagaimana rasanya Bapak/Ibu, ketika anak didik kita berulang-ulang melakukan pelanggaran di kelas.

Padahal sebelumnya kita sudah buat kesepakatan dengan mereka, tentang aturan di kelas. Namun beberapa dari mereka tetap saja ngebandel, #eh..

Maklum saja, apalagi anak SD. Kita pun seperti itu saat sekolah bukan?

Terlepas dari hal itu, bagaimana rasanya. Jengkel? Marah?

Hal tersebut wajar terjadi, seperti kata bijak berikut.

Setiap manusia cenderung untuk mengejar ke"enakan" dan menghindari ketidak"enakan".

Contohnya gini..

Ketika Bapak/Ibu ninggalkan kelas saat jam pelajaran karena ada kesibukan, namun sekembalinya melihat peserta didik keliaran di luar kelas. Plus, berbagai tingkah laku mereka.

Ada yang main di luar kelas, ada yang clingak-clinguk berdiri di pintu (jaga-jaga kalau ada gurunya muncul), ada yang duduk di pintu dengan kaki separo kelihatan agar tidak disangka guru keluar kelas.

Pokoknya macam-macam dah.

Sebenarnya terkadang saya mau ketawa sendiri jika mengingat tingkah mereka.. Hehe

Coba kita sama-sama pikirkan, siapa pun bosan jika hanya berada di dalam kelas.

Namun lebih enak rasanya di luar kelas saat gak ada guru, karena mereka merasa:

  • Banyak yang dilihat
  • Pandangan lebih luas
  • Hawa lebih adem karena terasa banget hembusan angin

Meski begitu tidak mungkin kita biarkan kebiasaan kurang baik tersebut melekat pada anak didik kita.

Setiap manusia cenderung untuk mengejar keenakan dan menghindari ketidakenakan" 

Mengapa tidak baik kita biarkan?

Bukankah belajar itu adalah termasuk di dalamnya melatih kesabaran, ketenangan?

Tingkah laku seperti itu bisa menjadi salah satu indikator peserta didik belum sabar & tenang mengikuti kesepakatan aturan kelas.

Kenapa sih mereka harus bisa menuruti kesepakatan aturan kelas?

Logikanya kan begini..

Jika aturan kelas saja bisa mereka ikuti dengan sabar, tentu mereka juga bisa sabar saat belajar kan?

Nah tugas guru mendidik mereka untuk mengajarkan etika belajar ini. Meskipun terkadang dengan tanda kutip "paksaan".

Lalu bagaimana caranya memberi hukuman yang ringan, berefek namun mendidik?

Contoh yang saya coba tawarkan adalah dengan memberi hukuman menulis.

Kenapa harus menulis?

  • Menulis adalah bagian aktivitas pembelajaran
  • Melatih tulisan mereka lebih baik
  • Menulis salah satu alternatif hukuman fisik yang ringan daripada membersihkan WC, lari keliling lapangan, atau dijemur di bawah terik matahari
  • Menulis aktivitas melatih kecerdasan otak,
  • Bisa dilakukan dengan singkat
  • Bisa dilakukan sekalian mengajar

Apa yang harus ditulis?

Saya tidak ingin Bapak/Ibu terbawa bunyi "hukuman", yang seperti ingin melampiaskan marah. Sehingga harus memberi hukuman yang seberat-beratnya, seperti menulis "saya tidak ingin keluar kelas lagi saat jam pelajaran" sebanyak 100 kali.

Waduh saya rasa ngabisin waktu jam belajar kalau gitu. ^_^

Ada yang lebih simple namun masih berkaitan dengan pelajaran, misalnya:

  1. Mengerjakan 5 buah soal matematika
  2. Menulis perkalian 1 sampai perkalian 10

Untuk opsi pertama, kita harus siap bank soal. Sedangkan opsi yang kedua lebih mudah, bahkan bisa dilakukan berulang-ulang.

Langkah - langkah

1. Kumpulkan beberapa peserta didik yang suka keluar kelas saat jam pelajaran tersebut.

Mungkin Anda akan bertanya Kenapa harus dipisahkan?

Sepanjang pengalaman saya jika memberi hukuman beberapa orang peserta didik saat jam pelajaran, tujuannya agar saat mengerjakan tugas hukuman menulis:

  • Mereka mengerjakan tugas hukuman lebih fokus,
  • Kita mudah memantau mereka,
  • Pengaruh social proof lebih kuat, jadi jika di antara mereka ada yang selesai, maka akan memacing yang lain juga ingin cepat selesai.

Kita bisa kumpulkan mereka 1 kelompok di depan kelas atau di luar kelas. Saran saya lebih efektif di depan kelas (dekat papan tulis, samping kursi guru).

2. Berikan time limits (batasan waktu)

Jangan lupa bapak/ibu munculkan time limits.

Karena sifat manusia akan bekerja sampai 5 kali lebih cepat dalam batasan waktu. Contohnya masih ingat ketika mendapat tugas dari dosen?

"Tugas makalah harus dikumpul hari ini, jika tidak kalian tidak akan lulus mata kuliah saya", kada dosen killer.

Tapi entah kenapa, sepertinya seluruh tubuh kita ini merespon dengan cepat. Bahkan tidak jarang bisa selesai dengan tepat waktu, betul?

Itu buktinya time limits berpengaruh besar pada tindakan seseorang.

Time limits yang bisa kita terapkan dalam tugas hukuman bagi peserta didik ini cukup 10 menit, maksimal 15 menit.

3. Beri tugas tambahan jika mereka tidak selesai dalam jangka waktu tersebut

Tugas tambahan tidak perlu banyak, biar sedikit namun ringan. Dan tugas tambahan cukup Anda sampaikan saja dulu di awal, bahwasanya diberikan jika ada yang belum selesai.

Namun tugasnya apa, cukup dirahasiakan dulu, sampai jika di antara mereka ada yg belum selesai mengerjakan tugas menulis.

Seperti kemarin hukuman menulis yang saya beri adalah menulis perkalian 1- 10 selama 15 menit. Namun ada yang belum selesai, tugas tambahan yang saya beri adalah menulis perkalian 1 saja.

Sedikit saja memang, namun hal tersebut dapat menegaskan mereka bahwa kita tidak main-main dan yang juga tidak memberatkan mereka.

4. Beri tugas/ materi pada peserta didik lain yang tidak mendapat hukuman

Hukuman bukan untuk menjust, namun lebih kepada pembelajaran dan melibatkan peserta didik yang melakukan pelanggaran.

Nah yang tidak melanggar bagaimana? Tentu jangan kita biarkan mereka merasa "merdeka", senang di atas "kesengsaraan" temannya.

Solusinya bisa kita beri tugas/materi berupa:

  • Soal-soal
  • Tugas kelompok
  • Penyampaian materi

Menurut saya lebih cocok diberi tugas atau soal. Tujuannya agar peserta didik yang menerima hukuman akan lebih memacu menyelesaikan tugas menulisnya, demi mengejar tugas mata pelajaran.

Secara psikologis mereka takut tidak sempat mengerjakan tugas mata pelajaran. Sehingga ada dorongan ingin cepat nyelesaikan tugas hukuman menulisnya.

5. Periksa 1 per satu pekerjaan mereka

Ingat, jangan sampai kita tidak memeriksa hasil tugas mereka. Kenapa?

Karena jika kita kita tidak memeriksa, maka tugas hukuman Anda yang akan datang bakal kurang ngaruh sama mereka.

Itu makanya tugas hukuman cukup simple saja namun memudahkan kita mengoreksinya.

6. Refleksi

Refleksi adalah bagian penting dari proses pembelajaran.

Ingat, hukuman adalah juga salah satu proses pembelajaran bukan?

Peserta didik kita tidak akan memperoleh pembelajaran jika mereka tidak mengambil hikmahnya dari hukuman tersebut. Nah, tugas kita membantu merefleksikan diri mereka.

Merefleksikan diri mereka sederhana saja:

  • Sampaikan kesalahan mereka dengan santun,
  • Hindari mencela,
  • Minta mereka memperbaiki diri.

Penutup

Demikian cara sederhana memberi hukuman bagi peserta didik yang suka keluar kelas saat tidak ada guru di dalam kelas.

Hukuman menulis ini bisa juga diterapkan untuk pelanggaran aturan yang lain. Seperti terlambat, tidak ngerjakan PR, dan lain-lain.

Belajar bukan hanya seputar mata pelajaran. Namun lebih luas, termasuk tentang sikap dan perulaku anak didik kita.

Jangan biarkan anak didik kita berperilaku yang kurang baik. Salah satu nya memberi hukuman ringan yang mendidik.

By the way, ada cara lain selain di atas. Mohon kiranya tambahkan di kolom komentar.

Taufik Junaidie
Taufik Junaidie Kepala Sekolah, Finalis 5 besar SRB 2022, Certified Teacher, Google Certified Educator Lev. 2, Juara 1 Vidio Animasi se Kalsel, and Blogger
Komentar