System

6 Penghambat Internal Diri Ngerjakan PMP dan Solusinya

Taufik Junaidie Taufik Junaidie 9 min read

Apa yang terjadi jika ngirim data PMP di batas akhir catch off? Pasti bakal dicampakin si server ?.

Namun anehnya, tidak jarang bahkan sering kita dengar OPS ngirim data PMP di waktu tersebut, bahkan gak ngirim sama sekali. Fakta lainnya, progress PMP terbilang sangat lambat sekali.

Hal ini tentu ada penyebabnya bukan?

Sepanjang yang saya ketahui dan alami sendiri, latar belakang permasalahannya bisa dikarenakan:

  • bisa jadi sekolah di pelosok, sehingga sulit ngirim data karena sinyal kurang bagus;
  • butuh banyak biaya jika harus ngirim data ke kota;
  • aplikasi PMP yang bermasalah, seperti : tidak terhubung dengan Dapodik, tidak bisa salin PD/PTK, sehingga hal tersebut memperlambat pengerjaan pengisian kuesioner;
  • laptop eror yang memaksa nginstal ulang, akibatnya PMP dikerjakan dari awal;
  • dan lain-lain.

Itu semua masalah teknis.

Di luar hal tersebut, masih ada penghambat besar yang tak kalah dibanding masalah teknis. Penghambat yang berasal dari internal OPS itu sendiri.

Apa saja itu?

Nah berikut 6 penghambat internal yang menyebabkan tidak selesai-selesai mengerjakan PMP beserta solusinya.

1. Malas memulai

Mungkin anda pernah dengar kalimat "start is difficult, memulai itu sulit".

Namun bagi saya "start is heavy, memulai itu berat". Dilan pun gak kuat... ?

Jika anda juga merasa malas sekali memulai ngerjakan PMP, itu wajar saja. Namun lebih berat lagi memulai dengan menunda. Semakin menunda pekerjaan semakin berat memulainya.

Lalu jika kita suka menunda pekerjaan apakah berarti kita disebut pemalas?

Bagi saya tidak.

Perasaan malas memulai ngerjakan PMP itu bukan berarti sifat kita juga pemalas. Namun hanya saja kita belum memanage pikiran dengan baik.

Seperti kata Bang Ki Jendral Nasution dalam bukunya Mantra Covert Selling, "What we think, is what we feel. Apa pun yang kita pikirkan, maka itu pula yang akan kita rasakan".

Sadar gak, kenapa kita malas memulai? Itu dia tadi, karena di pikiran kita sudah munumpuk pikiran yang mengarah kemalasan, seperti:

  • waktu catch off masih panjang, jadi berleha-leha saja dulu;
  • gak dikerjakan gak ada konsekuensinya juga;
  • gak ada honornya;
  • ngerjakan PMP ini bikin capek sendiri, karena guru-guru lain pasti gak ada yang peduli;
  • ada-ada aja masalah teknis, seperti: sinyal sulit lah, sulit nginstal lah, gak bisa tersambung dengan dapodik lah;
  • dan masih banyak lainnya.

Semua pikiran itu lah yang membuat membuat tubuh dan perasaan kita bereaksi menjadi malas.

Lalu bagaimana solusinya?

a. Pupuk otak

Seperti yang saya ungkapkan di atas tadi, apa pun yang kita pikirkan, maka itu pula yang akan kita rasakan.

Oleh karena itu change your minds.

"Change your minds = change your mood."

Mulai sekarang rubah mindset kita tentang ngerjakan PMP, misalnya:

  • lebih awal ngerjakan lebih baik;
  • lebih awal selesai, lebih banyak nantinya waktu santai;
  • ngerjakan PMP adalah ibadah;
  • dan lain-lain, bikin sendiri ?.

Semakin banyak memupuk otak kita dengan pikiran positif, maka outcome mood dan perasaan kita semakin baik. Tentu akan berimplikasi kepada eksekusi kita dalam bekerja.

b. Bodohi otak

Bagaiamana pun kita berusaha memupuk pikiran supaya bergerak melakukan pekerjaan, terkadang ada saja pikiran negatif yang ikut campur.

Misalnya:

  • Ketika pikiran positif ingin segera ngerjakan PMP, datang pikiran negatif bilang "nanti dulu, ngerjakan pekerjaan yang lain dulu";
  • Ketika mau ngerjakan PMP di sekolah, muncul pikiran negatif dan bilang "nanti saja, gak fokus banyak-anak-anak";
  • Ketika berpikir positif ingin ngerjakan PMP nanti tengah malam, muncul lagi pikiran negatif dan bilang "nanti saja, badan capek bener";
  • dan lain-lain.

Kalau sudah begitu, akhirnya sampai batas akhir pengiriman data PMP, bakal gitu-gitu aja gak dikerjakan.

Lalu gimana?

Berikut tips sederhana yang saya dapat dari blog Kang Herman Yudiono, yaitu manipulasi otak dengan "membodohinya".

Bingung ya?

Mestinya otak dibikin pinter malah dibikin "bodoh" (dalam tanda kutip) ?

Maksudnya gini, ketika kita malas banget ngerjakan PMP, lakukan saja pekerjaan menyenangkan lain di dekat dengan laptop. Misalnya baca komik, main game, baca buku.

Sembari melakukan aktivitas tersebut, nyalakan laptopnya. Kemudian biarkan saja, gak usah utak-atik.

Setelah beberapa lama, lakukan tindakan singkat, login ke PMP. Kemudian biarkan lagi.

Jadi kita seperti membodohi otak, sebenarnya tujuan kita mau ngerjakan PMP tapi yang dikerjakan malah yang lain.

Pokoknya jangan dipaksa. Anda boleh tinggalkan.. Misal mau makan, main sama anak, main game.

Yang penting usahakan sering-sering liat laptop yang nampilkan PMP.

Cara ini bagi saya paling ampuh. Paling lama sekali setengah hari, dorongan dalam diri akan semakin besar untuk ngerjakan PMP.

2. Bekerja tidak efektif

Saya yakin anda juga pernah ngalami, ngerjakan sesuatu banyak santai nya dari pada kerjanya? Alih-alih selesai, malah makin molor.

Lalu apakah salah klo kerja bawaannya santai?

Gak salah sih, karena memang kerja itu mesti santai, rilex gak tertekan. Namun gak baik juga terlalu santai. Akibatnya yaitu tadi, pekerjaan gak selesai.

Ngatasi masalah seperti ini anda bisa menggunakan Tekhnik Pomodoro.

Tehnik ini membantu bekerja lebih efektif, pikiran fokus, totalitas saat mengerjakan PMP, lebih efektif membagi waktu, dan ada peregangan otak agar tidak stress.

3. Capek mengimput kuesioner

Ini masalah terbesar yang membuat malas ngerjakan PMP. Karena kita tahu, isian kuesioner begitu bayak yang harus diinput.

Mulai dari:

  • guru minimal 8 orang,
  • siswa 15 orang,
  • kepsek,
  • pengawas,
  • komite 2 orang.

Lah jika OPS semua yang ngerjakan, remuk badan. Hehe.... Ini juga salah satu menjadi penyebab OPS menjadi malas ngerjakan PMP.

Lalu gimana dong? Apa gak usah dikerjakan?

Ya salah lagi, mau diomeli Pak Pengawas? Hehe..

Solusinya kuesioner tersebut diisi masing-masing guru.

Tapi gimana jika guru-gurunya pada tua-tua, dan gak mau belajar laptop?

Yah ajak aja dulu. Anggap dari 20 guru, tentu ada saja diantara mereka yang mau kita ajak. Berapa pun itu.

Jika ada yang memulai 3-4 guru, percalah itu akan menjadi influence tersendiri. Maksudnya membuat daya tarik tersendiri bagi guru yang lain.

Jika kurang paham influence, gini contohnya...

Ada 2 buah warung lontong. Warung A banyak pembelinya, sedangkan Warung B sepi gak ada pembeli. Saya tanya, anda lebih tertarik warung yang mana?

Tentu warung A bukan?

Itulah influence.

Jadi jangan berpikir negatif dulu. Mulai dulu... Ajak dulu....

Biasanya tuh, guru-guru itu pada gak enak, klo sudah banyak ngerjakan. Akhirnya guru yang awalnya malas/ gak mau megang laptop, akhirnya juga mau ikut ngerjakan.

Meski begitu, ada saja pasti guru yang gak mau sama sekali. Biasanya guru seperti ini memang sudah tua, penglihatan gak jelas.

Selalu pegang prinsip, kita mesti tetap baik dengan beliau. Tunggu saja, biasanya orang seperti ini, dia mengganti dengan uang, nah akhirnya OPS ketiban rezeki juga bukan? 

Eitss... Tapi tetap jaga kehormatan diri ya, jangan sampai minta-minta sama beliau.

Oh ya sebelum tahap pengerjaan, ada 3 tahap yang saya sarankan.

a. Warming up

Tahap ini tahap pemanasan. Artinya pengenalan apa itu PMP, kenapa harus ngisi kuesioner PMP, siapa yang mesti mengisi kuesioner, gimana bayangan teknis mengisi kuesionernya, kapan batas akhirnya.

Oh ya, cara nyampaikannya biar mudah masuk ke benak mereka, mesti menggunakan cara soft.

Artinya nyampaikannya jangan sampai seperti memerintah, menggurui, namun buat kesan mengajak.

Nyampaikannya bisa saat duduk santai sambil makan cemilan, minum kopi.

Selain itu, jangan paksakan semua info disampaikan. Sampaikan secara bertahap.

Jika memungkinkan, berikan juga pemahaman:

  • ngisi kuesioner PMP adalah bukan tugas OPS, tetapi tugas guru/kepsek/pengawas/komite;
  • ngerjakan PMP perlu kerjasama dan sama-sama bekerja.

Oleh karena itu, pendekatan di sini sangat penting. Bangun hubungan baik. Baru bisa ngajak mereka belajar.

Beri semangat dan motivasi, bahwa gak ada yang sulit belajar laptop asal mau mencoba.

b. Experience

Tahap ini mulai masuk ke pengerjaan.

Saya biasanya naruh laptop di meja ruang guru, yang mudah diakses/ didatangi oleh guru.

Infokan dengan ramah, bahwa bagi kawan-kawan yang lagi free ngajar, atau waktu istirahat bisa sambil nyoba ngisi kuesioner masing-masing.

Kuncinya jangan sampai ada pemaksaan. Tetapi lakukan ajakan.

c. Targeting

Setelah beberapa hari, anggaplah satu minggu berlalu. Tahap selanjutnya kita arahkan ke targeting.

Tahap ini kita ajak kawan-kawan fokus ke target pengisian. Karena biasanya di tahap experience, kawan-kawan ngisinya lalai atau keliwat santai.

Nah di tahap ini kita coba bantu mereka lebih fokus ngerjakan.

Caranya:

  • Ingatkan tenggat waktu, misalkan target penyelesaian kuesioner masing-masing paling lama 10 hari lagi.
  • Ajak mereka untuk menargetkan per hari 1 guru selesai 1 kuesioner.

Dengan begitu mereka akan lebih termotivasi untuk nyelesaikan.

4. Tidak hitung dan pasang target

Permasalahan internal selanjutnya adalah tidak menghitung dan tidak pasang target.

Maksudnya gini...

OPS yang seperti ini, dia ngerjakan PMP seperti air ngalir saja.

Jika ingin ngerjakan PMP lebih efektif, maka hitunglah batas akhir pribadi kita nyelesaikan PMP. Jangan berpatokan batas akhir catch off. Namun kita mesti tarik sebulan mundur.

Misal batas waktu 2 bulan lagi. Saat ini bulan Agustus, dan catch off bulan Oktober.

Berarti targetkan akhir November harus sudah selesai. Namun untuk kuesioner guru minimal 10 hari mesti sudah selesai, seperti yang sudah saya jelaskan di atas.

5. Ingin cepat-cepat

Semakin menginginkan sesuatu, namun rasanya sesuat tersebut semaki jauh bisa tercapai. Namun ketika tidak kita harapkan, anehnya sesuatu tersebut datang dengan sendirinya.

Fenomena ini dijelaskan oleh Dr. David Hawkins, Ph.D dalam bukunya Power vs Force, yang saya kutip melalui bukunya Ki Jendral Nasution, Mantra Covert Selling. Bahwa ada 2 jenis pola perasaan manusia, force dan power.

Saat seseorang merasa sangat ingin, dan ada perasaan memaksa keinginannya itu harus benar-benar menjadi kenyataan, perasaan itu disebut force.

Dan sebaliknya, saat seseorang menginginkan sesuatu, tapi keinginannya itu punya sensasi "nothing to lose" dan memasrahkan tentang apa pun hasilnya, perasaan itu disebut Power.

Dalam konsep force & power, semakin kita ngarep semakin sulit terwujud.

Oleh karena itu setting perasaan dan target kita dengan kepasrahan. Tetapi bukan berarti tanpa target/ tujuan ya.

Seperti yang saya jelaskan di atas, target selesai 10 hari, namun saat ngerjakan hilangkan pikiran itu. Fokus nikmati ngerjakan pengisian.

Nikmati proses maka pekerjaan akan sukses.

Semakin kita berharap cepat-cepat nyelesaikan ngisi kuesioner, rasanya ada-ada saja kendala. Murid berantem lah, ada tugas dari kepsek lah, anak sakit lah, jaringan lelet lah, laptop eror lah, dan lain-lain.

Bagi yang beragama Islam, bisa mengalihkan pikiran dengan mengingat akhirat?

Kok kerja malah ngingat akhirat?

Gini....

Pernah dengar kalimat ini, dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu , ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina”.

Mungkin anda protes hadis di atas, bahwa hadis tersebutkan menjelaskan niat?

Iya memang benar. Emang niat hanya di taruh di awal? Niat mestinya diingat sepanjang pekerjaan bukan?

Buktinya seperti kita sholat zuhur. Kita niat sholat 4 rakaat. Bukankah sepanjang sholat kita harus ingat betul hitungan rakaatnya, jangan kurang jangan lebih.

Jadi artinya niat mesti diingat dan dipikirkan terus bukan?

6. Tidak ikhlas

Hambatan internal terakhir adalah bekerja tidak ikhlas.

Mestinya ngerjakan pekerjaan apa pun, termasuk ngerjakan PMP mesti ikhlas ya? Bagaimana pun keadaannya.

Karena keikhlasan membuka jalan keberkahan.

Jika melakukan apa pun tetapi tidak ikhlas, pekerjaan jauh dari berkah, yang ada muncul masalah dan masalah.

Misalnya gini, bayangkan anda ngerjakan PMP dengan hati tidak ikhlas, mungkin karena gak ada bayarannya, temen guru gak mau bantu, dan lain-lain. Rasanya berat sekali bukan? Rasanya gak ikhlas sama sekali.

Terlepas latar belakang tersebut, mari kita lihat sejenak, sikap yang dihasilkan karena tidak ikhlas. Biasanya kita tuh:

  • semakin banyak ngeluh,
  • muka masem,
  • kerja uring-uringan,
  • sikap gak enak banget sama teman.

Mengapa bisa begitu?

Itu semua berasal dari kita membiarkan pikiran negatif menumpuk di otak kita.

Masih ingat kan "What we think, is what we feel. Apa pun yang kita pikirkan, maka itu pula yang akan kita rasakan"?

Pikiran negatif outcome nya menjadi negatif, incomenya berdampak negatif.

Sikap yang kurang berkenan seperti ini, saya jamin membuat menjauhkan teman. Males dekat-dekat, meskipun dia tau kita kerja keras ngerjakan milik mereka. Bukannya mereka simpati, mereka malah menggerutu.

Mari rubah mindset tersebut. Ikhlas lah bekerja. Jaga good mood. Seperti kata Ilpho santosa, good mood (mood bagus) mendatangkan rezeki tak disangka-sangka.

Saya sudah sering merasakannya. Jaga good mood saat ngerjakan PMP, eh ternyata gak dapat uang lelah. Nyangkanya dapat rezeki ya, Haha...

Tapi percaya gak, ada kalanya saya dapat rezeki tak disangka di waktu yang lain.

Contoh pas guru-guru sertifikasi cair, saya kebagian "jebretan". Padahal sebenarnya saya sudah ada gajih OPS per bulan.

Atau nih, saya suka bantu-bantu, nyusun berkas apa pun, eh ada-ada saja uang rezeki diberi rekan senior.

Meski gak mesti selalu dapat, namun ada-ada saja rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Bahkan nih ada rezeki besar yang pasti kita dapat. Apa itu? Yaitu mendapatkan hati rekan guru dan kepsek.

Kalau sudah gitu, suara apa pun yang anda sampaikan pasti didengar. Bahkan urusan izin kerja sangat mudah. Percaya dah..

Penutup

Demikian permasalahan internal penyebab tidak selesai-selesai ngerjakan PMP. Kenali masalah mu, selesaikan PMP mu, hehe...

Jika ada solusi lain dari beberapa hambatan internal diri yang sudah saya jelaskan di atas, silahkan tambahkan di kolom komentar.

Semoga bermanfaat ??

Taufik Junaidie
Taufik Junaidie Kepala Sekolah, Finalis 5 besar SRB 2022, Certified Teacher, Google Certified Educator Lev. 2, Juara 1 Vidio Animasi se Kalsel, and Blogger
Komentar