4 Model Blended Learning

Pada postingan sebelumnya, saya sudah menjelaskan apa sih yang dimaksud dengan blended learning. Ringkasnya, blended learning ini adalah penggabungan berbagai model mengajar baik online maupun offline.

Untuk merefresh lagi bisa juga liat vidio berikut.

Nah ternyata blended learning itu juga ada berbagai model-modelnya.

Jika rekan masih belum ada yang tau, berikut saya jabarkan selengkapnya.

1. Model rotasi (rotation model)

Model pertama dari blended learning adalah model rotasi (rotation model). Model ini ada terbagi empat macam lagi, yang akan dijelaskan di bawah.

Secara umumnya kelas pada model ini, peserta didik akan diatur untuk bergantian menempati pos-pos kegiatan pembelajaran yang telah disediakan. 

Misalnya akan ada pos untuk kegiatan diskusi, mengerjakan proyek, tutorial secara individual, dan mengerjakan tugas atau latihan.

Adapun jenis model rotasi lainnya sebagai berikut.

a. Model kelas station rotation

Sesuai dengan namanya, dalam model pembelajaran ini terdapat beberapa tempat atau perhentian (station), dimana peserta didik dapat menempatinya secara bergiliran sesuai dengan kesepakatan atau arahan dari guru. 

Pada salah satu perhentian (station), peserta didik dan guru dapat saling berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui oleh peserta didik. 

b. Model kelas lab/ whole group rotation

Model yang kedua ini berbeda dengan model kelas station rotation. Dimana perpindahan/perputaran yang dilakukan peserta didik masih berada dalam satu ruangan yang sama

Pada model kelas lab/ whole group rotation, peserta didik akan diatur untuk berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain. 

Salah satu ruangan digunakan untuk sesi pembelajaran secara online sedangkan ruangan yang lain digunakan untuk kegiatan yang lainnya.

c. Model kelas flipped (flipped clasroom)

Model ketiga yaitu kelas flipped atau flipped classroomKelas model ini seperti yang saya contohkan di postingan saya sebelumnya mengenai blended learning.

Model ini biasanya, dalam suatu pembelajaran yang konvensional, peserta didik mempelajari suatu materi dalam kelas. Kemudian peserta didik akan mendapatkan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut untuk dikerjakan setelah jam pelajaran selesai. 

Namun, yang sering terjadi adalah peserta didik sering mengalami kebingungan karena tidak tersedianya sumber dan bahan ajar yang dapat membantu mereka menyelesaikan tugas rumahnya.

Model pembelajaran flipped classroom membalik siklus yang biasanya terjadi.

Sebelum peserta didik memulai kelas, mereka akan mendapatkan pengajaran secara langsung melalui video secara online. Sehingga ketika kelas dimulai, peserta didik dapat mulai mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya serta dapat meminta bantuan melalui kegiatan diskusi dikelas.

d. Model rotasi individu (individual rotation)

Model rotasi yang terakhir ini, siswa mendapatkan jadwal yang telah disesuaikan dengan masing-masing individual untuk dapat belajar secara mandiri. Jadwal ini dapat diatur baik oleh guru maupun diatur secara online.

Model rotasi individu berbeda dengan model rotasi yang lainnya karena peserta didik tidak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Contoh: SMA Carpe Diem menugaskan peserta didik untuk belajar sesuai dengan jadwal yang diatur. Masing-masing peserta didik belajar secara online di pusat pembelajaran maupun dalam pembelajaran secara tatap muka. Masing-masing sesi berlangsung selama 35 menit.

2. Model kelas flex

Model kedua blended learning, yaitu model kelas flex. Pada model ini sebagian besar pembelajaran dilakukan secara online sehingga pembelajaran bersifat sangat fleksibel. 

Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing. 

Pada model kelas ini, guru dapat berperan sebagai fasilitator melalui sesi diskusi, pengerjaan proyek dalam kelompok, maupun tutoring secara individu. 

Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran berdasarkan hasil pantauan aktifitas pembelajaran online yang telah dilaksanakan.

3. Model self-blend

Selanjutnya, pada model ini peserta didik dapat mengambil satu atau lebih kegiatan pembelajaran online sebagai tambahan dari kegiatan pembelajaran tatap muka yang telah dilakukan.

Contoh: Sekolah Quakertown Community di Pennsylvania menawarkan pembelajaran online untuk peserta didik kelas 6-12.

Pembelajaran online ini dirancang untuk dapat diakses baik di lingkungan sekolah (cyber lounge) maupun di tempat lainnya.

Guru yang memfasilitasi pembelajaran online adalah guru yang juga mengajar pada sesi pembelajaran tatap muka.

4. Model enriched-virtual

Kita tiba pada model terakhir yaitu enriched-virtual. Model ini sebenarnya hampir mirip-mirip sih dengan model sebelumnya.

Pada model kelas ini program pembelajaran dibagi menjadi dua sesi, yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran secara online.

Penutup

Nah itu dia tadi model-model blended learning yang bisa saya sampaikan. Dengan mengetahui berbagai macam modelnya, semoga bisa menjadi referensi dan inspirasi untuk pembelajaran di sekolah. 

Apakah ada rekan yang sudah menerapkan diantara model blended learning di atas? Ayo ceritakan di kolom komentar.

Posting Komentar