System

Perlukah Pembaruan Alat Tes Mengemudi untuk Mendapatkan SIM?

Taufik Junaidie Taufik Junaidie 2 min read

Hari ini saya tiba-tiba ingin menulis mengenai tes kendara bermotor untuk mendapatkan SIMP C. Ketika tanpa sengaja melihat postingan yang rame di twitter. Jiwa SIM C saya rasanya kembali meronta, hehe... Karena memang berkaitan dengan pengalaman saya dulu waktu SMA, saat pertama kali mau membuat SIM C. Ini dia vidionya.

Kalau kita perhatikan dua vidio di atas, terlihat perbedaan yang menonjol bukan, cara pelaksanaan tes berkendara. Meskipun kebenaran vidio Taiwan itu belum bisa dipastikan. 

Mulai dulu saat saya mengenal tes drive Indonesia untuk pembuatan SIM, selalu menjadi pertanyaan yang terngiang-ngiang di benak saya hingga sekarang. Kenapa sih tesnya seperti itu, sepertinya harus menuntut orang memiliki skill dewa untuk menggunakan kendaraan bermotor. Toh di jalan banyak juga ibu-ibu yang bisa makai motor meski tidak terpakai skill dewa tersebut.

Dibandingkan yang vidio Taiwan, tesnya lebih terlihat masuk akal dan memang seperti realnya. Terlihat tes awalnya seperti mengukur keseimbangan pengendara membawa motor dengan trek lurus, kemudian bisa berhenti jika ada melihat lampu merah orange. Selain itu juga pengamat memperhatikan apakah pengendara bisa membaca tanda rambu lalu lintas.

Rasanya lebih masuk akal yang tes Taiwan deh.

Saya ingin bercerita sedikit, pengalaman saya saat SMA sekitar 2003 atau 2004. Waktu itu saya harus mengikuti tes tertulis terlebih dahulu sebelum tes praktik. Entah sekarang bagaimana. Percaya gak, saya 2 kali tidak lulus hingga tes ketiga baru berhasil. 2 kali tes pertama, kalau tidak salah nilai nya kurang 2 atau 3 poin. Padahal pertanyaan itu hanya mengenai bagaimana berkendara di jalan, bagaimana mengenai rambu-rambu, dan lain-lain. Secara saya yakin jawaban saya benar aja sih. Karena menurut saya, semua pertanyaa tersebut bisa saja dinalar bagi yang memang biasa dan sudah terbiasa berkendara motor. 

Yang nyesek nih, hasilnya diperiksa secara manual. Entah kenapa saya curiga, ah ini seperti sengaja ya tidak diluluskan. Kan lucu juga, mengukur seseorang bisa berkendara motor di jalan pakai tes tertulis seperti ujian nasional. Bagaimana misalkan yang tes ini orang yang agak tua, yang pemahaman membacanya lebih rendah dibandingkan praktik. Jadi, saya berfikir bukannya mestinya polisi liat dia aja praktik langsung. Atau ditanya aja nih mengenai rambu-rambu, hapal gak?

Kembali ke vidio tadi...

...yang saya masih bingung sampai sekarang, dan saya yakin umat se-Indonesia mikirnya sama, "Kok tes mengemudi Indonesia seperti itu? kesannya gimana gitu, kaya mau seleksi pembalap".

Jadi jujur saja, wajar dan sudah rahasia umum banyak orang pengen dapat SIM dengan jalan pintas.

Ya kan?

Jadi, tesnya semestinya bagaimana?

Ya saran saya direvisi lagilah cara tes drivenya, mulai dari lintasan dan bentuknya tesnya. Kalau membuat lintasan, buatlah lintasan yang mengedukasi, seperti halnya vidio Taiwan di atas. misal ada trek lurus, belok, ada lampu merah, ada rambu, dan lain-lain.

Saat tes nya kalau perlu polisinya ikut dibonceng dah, lewat jalan raya. Dari pada cara tes nya begitu, akhirnya yah bisa tau sendiri, orang malas tes, pengennya cara pintas saja. 

Yang kedua, pelayanan dan prosesnya dipermudah lagi. Jangan sampai proses pembuatannya harus antre lama. Coba deh cari solusinya, misalnya buat lebih banyak titik pelayanan pendaftaran. Untuk prakteknya, bisa jadwal dapat hari apa, sehingga orang bisa mengatur jadwal untuk menghadiri tes praktinya.

Penutup

Demikian tulisan saya kali ini sambil nunggu motor bersih di pencucian motor. semoga opini saya ini menjadi inspirasi buat kemajuan Indonesia, mengurangi adanya KKN (Kolusi Korupsi dan Nepotisme). Karena memberantas KKN itu tidak bisa hanya dilakukan oleh KPK, tadi dimulai dari dan dibentuk pembiasaan sehari-hari.

Taufik Junaidie
Taufik Junaidie Kepala Sekolah, Finalis 5 besar SRB 2022, Certified Teacher, Google Certified Educator Lev. 2, Juara 1 Vidio Animasi se Kalsel, and Blogger
Komentar