Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

PGP (Program Guru Penggerak) adalah pengalaman luar biasa yang sudah saya dapatkan. Di modul 1 saja, saya sudah mendapatkan banyak sekali ilmu dan masukan yang bermanfaat. 

Nah, diakhir modul 1.4, saya akan membuat koneksi antar materi. Yaitu tulisan tentang penguasaan pemahaman tentang materi yang telah dipelajari dan mengaitkannya.

Lalu bagaimana isi koneksi materi yang saya buat? berikut selengkapnya yang bisa saya sajikan.

A. Kesimpulan mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti

Kesimpulan mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan  sekolah/kelas, segitiga restitusi adalah sangat luar biasa. Meskipun tidak bisa langsung merubah secara drastis budaya yang tercipta di sekolah, namun ada dampak perubahan ke arah lebih baik yang saya rasakan.

Sedangkan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak adalah bahwa untuk menciptakan budaya positif di sekolah perlu dipahami juga oleh kepala sekolah dan semua guru. Contoh sederhana pemahaman filosofi Ki Hajar Dewantara, bahwa guru adalah penuntun.

Disinilah nilai dan peran guru penggerak diuji untuk menanamkan hal tersebut ke dalam budaya sekolah. Hingga perlahan-lahan bisa mewujudkan budaya positif di sekolah.

B. Refleksi dari pemahaman saya atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Secara garis besar, pemahaman saya mengenai disiplin positif adalah bagian dari budaya positif dan merupakan bentuk kontrol diri untuk mencapai tujuan, yang membuat seseorang menggali potensinya untuk dihargai dan lebih bermakna. Yang diharapkan adalah, munculnya tanggung jawab dari dalam diri, tanpa paksaan dan pujian.

Teori kontrol ada lima posisi kontrol seorang guru, antara lain sebagai penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau dan sebagai manajer. Dari kelima posisi kontrol tersebut, yang terbaik adalah sebagai manajer.

Teori motivasi perilaku manusia ada 3, yaitu untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, dan untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Mengenai hukuman dan penghargaan, hindari semaksimal mungkin. Untuk penghargaan, jika terpaksa melakukan, berilah penghargaan kepada semua murid. Jangan hanya yang juara kelas saja.

Untuk posisi kontrol kita yang terbaik adalah sebagai seorang manajer. Dimana manajer akan membantu muridnya menemukan dan mencari solusi masalah, dengan segitiga restitusi.

Keyakinan kelas merupakan sebuah ketetapan atau peraturan kelas yang telah disepakati dan diyakini serta telah dijelaskan konsekuensi yang diterima jika kesepakatan tersebut dilanggar. Keyakinan kelas dibentuk untuk menciptakan disiplin positif dari siswa sehingga siswa mempunyai kesadaran penuh tanpa paksaan melaksanakan kesepakatan kelas yang sudah diyakininya dengan penuh tanggung jawab.

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi siswa untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa kembali kekelompoknya dengan karakter yang kuat ( Gossen 2004). Restitusi bukan untuk menebus kesalahan melainkan sebuah tawaran dan bukan paksaan. Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat kesalahan. Ada tiga tahapan dalam segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.

Hal-hal yang menarik bagi saya dan diluar dugaan adalah mengenai segitiga restitusi. Di PGP ini saya menjadi mengenal materi ini, dan memahami teknisnya bagaimana merestitusi murid saya jika ada menghadapi masalah. Melalui restitusi, siswa lebih bebas mengungkapkan alasannya dan lebih terbuka kenapa dia melakukan kesalahan atau melanggar keyakinan kelas yang sudah disepakati sebelumnya.

Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Perubahan yang terjadi dalam cara berpikir saya adalah, saya lebih mengurangi ego saya dan lebih berpusat kepada murid, mencoba mendengar murid, sehigga bisa bersama-sama melakukan kesepakatan bersama untuk menentukan keyakinan kelas. 

Perubahan ini membawa ke arah yang lebih baik, yang sebelumnya belum dikenalkan keyakinan kelas. Namun setelah anak membuat keyakinan kelas maka murid lebih bisa memahami dan melaksanakan nilai-nilai kebaikan yang telah mereka ciptakan sendiri.

Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Pengalaman saat menangani permasalahan peserta didik. Salah satu contoh ketika menemui salah seorang murid yang suka memakai sendal turun dan pulang dari sekolah. Saya coba gunakan segitiga restitusi. Pengalaman menggunakan segitiga restitusi memang sangat baik. Kita jadi bisa bantu menggali permasalahan murid, dan membantu mereka menyadari kesalahannya. Mereka juga bisa menemukan sendiri solusi permasalahan tersebut, dan berencana kapan akan mereka mulai melakukan perbaikan.

Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Perasaan saya ketika mengalami hal-hal tersebuat adalah bangga dan senang karena ternyata saya bisa melakukan pendekatan dengan murid. Saya bisa membantu mereka menyelesaikan permasalahannya tanpa emosi, tetapi melalui diskusi dari hati ke hati. 

Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Dari tindakan yang telah saya lakukan tersebut, hal yang sudah baik adalah saya sudah berhasil memposisikan sebagai meneger. Posisi ini yang terbaik dalam mengahadapi permalahan yang dihadapi peserta didik. Peserta didik tidak merasa terhukum, dan akan muncul motivasi internal dari dirinya. 

Yang perlu diperbaiki dari saya adalah perlu melatih lagi kesabaran, dan lebih memahami karakter murid. Sehingga pelaksanaan segitiga restitusi akan lebih baik lagi.

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,  posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya? 

Posisi kontrol yang sering saya pakai sebelum mempelajari modul ini adalah sebagai teman atau pemantau. Perasaan saat itu, saya suka marah karena mereka masih melakukan kesalahan berulang kali. Saya terkadang jengkel, karena merasa mereka tidak bisa menyadari kesalahan mereka sendiri, dan kurang menghargai saya sebagai guru.

Dan setelah memepelajari modul ini, saya berusaha beralih posisi kontrol sebagai manajer. Perasaan saya lebih terbuka dan lega ketika murid melakukan hal diluar keyakinan bersama. Saya bisa bantu mereka menyadari kesalahan mereka sendiri, dan menemukan solusinya. Mereka lebih tergerak untuk tidak melakukan hal yang sama dikemudian hari.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Saya dan setiap guru pasti pernah melakukan tindakan restitusi. Karena setiap guru tentunya berusaha untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh murid. Hanya saja belum mengerti tahapan-tahapan segitiga restitusi. Dan ada tahapan yang tertinggal seperti validasi tindakan yang salah, dan langsung memberi hukuman atau konsekuensi. 

Selain itu pernah juga tahap yang saya praktekan adalah tahap validasi tindakan yang salah. Saya selalu menanyakan alasan kenapa siswa tersebut melanggar peraturan. Dan terkadang hanya sampai menanyakan saja, tanpa melanjutkan penyelesaikannya.

Melalui PGP ini, saya menjadi lebih memahami segitiga restitusi, dan apa yang harus dilakukan jika menghadapi anak yang melakukan kesalahan.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak.

Kita juga upayakan selalu membangun komunikasi dan berkolaborasi dengan rekan guru, kepala sekolah, orang tua murid, komite, dan masyarakat. Karena dengan bersama maka kita akan lebih kuat.

Penutup

Demikian tulisan saya kali ini mengenai koneksi antar materi pembahasan modul 1.4 Program Guru Penggerak. Semoga tulisan ini membawa manfaat dan bisa menginspirasi banyak rekan guru.

Posting Komentar