Kesepakatan
Program buang buang tenaga!
Awalnya banyak yang berpikir seperti itu mengenai Program Guru Penggerak. Untuk apa daftar? "Kerjaan melelahkan saja". Karena memang waktu tempuh program ini cukup panjang berbulan-bulan. Ditambah lagi, orang-orang mikirnya program ini membahas administrasi mengajar guru (termasuk saya mikirnya gitu dulu). Tapi setelah saya ikuti, kegiatan ini justru mengenai peningkatan kompetensi yang tidak membahas administrasi seperti kurikulum, RPP, dan lain-lain. Salah satunya diajarkan mengenai kesepakatan.
Benar, kesepakatan hal sederhana namun banyak menyepelekan. Karena kita tuh sukanya ringkas, "potong jalan". Akhirnya terkadang justru masuk ke jurang egoisme bahkan otoriterisme. Tidak ada yang salah dengan 2 isme tersebut. Hanya saja akan ada konsekuensi tersendiri.
Namun untuk pilihan ketiga, kesepakatan akan lebih membangun komunikasi. Kenapa? Karena pastinya akan masuk ke area komunikasi dan diskusi terlebih dahulu. Melalui diskusi ini menjadi solusi atas suatu masalah. Bahkan menjadi sarana untuk berbagi informasi, belajar, dan mengembangkan ide-ide baru.
Jadi benar apa yang dikatakan oleh Nelson Mandela, "Kesepakatan adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Namun sayangnya untuk mendapatkan kesempatan ikut PGP, proses cukup sulit dan panjang. Seandainya saja semua guru mendapatkan pelatihan yang sama, mungkin bergerak akan lebih mudah. Karena akan banyak membuahkan guru yang sefrekuensi.
Sepeti kata Wayne Dyer, "Kesamaan frekuensi adalah kunci untuk koneksi yang dalam. Guru penggerak yang jumlahnya banyak akan menciptakan frekuensi yang kuat pula. Ini tentu juga akan menciptakan gerakan yang lebih besar. Karena orang orang yang sefrekuensi akan mudah saling memahami bahkan tanpa berkata-kata.
"Ketika kita sefrekuensi, kita dapat menciptakan hal-hal yang luar biasa." - Oprah Winfrey
Oh ya perubahan pendidikan yang lebih baik, bukan dari Menterinya. Tapi dari ruang kelas.
Kotabaru, 18 Agustus 2023