Alternatif Perilaku Dihormati Tanpa Marah-Marah [Rangkuman Diskusi PakBukik]
Apakah ada cara agar dihormati peserta didik selain marah-marah?
Karena seperti yang kita tahu, kebanyakan dari kita perilaku marah-marah ini seperti senjata instan menundukkan anak didik.
Perasaan kita, jika mereka mereka terdiam, takut, gak berani ngomong, lari ngelihat kita...
...adalah indikator bahwa kita sudah dihormati mereka.
Padahal belum tentu, ya kan?
Jika anak didik jadi tunduk masih mending. Yang parah kita udah marah-marah, ehh.. peserta didik malah ketawa-ketawa ngelihat kita...#pedih.
Kaya marahin pelawak, semakin dimarahi semakin gak respek, #PLAK
Seperti vidio viral baru-baru ini, sungguh membuat hati terenyuh.
Saya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, namun saya coba mengambil sudut pandang tema tulisan saya saat ini. Tentang perilaku marah.
Meski begitu, saya tidak menyalahkan perilaku marah-marah dalam mendidik anak. Asal sewajarnya, betul?
Akan tetapi jika ada cara selain marah, mengapa tidak?
Ternyata di luar sana banyak alternatif yang bisa kita pertimbangkan selain cara dangkal tersebut.
Melihat dari diskusi Pak Bukik Setiawan di Komunitas Guru Belajar, beliau seorang inspirator, penulis, penggiat & pemerhati pendidikan, penggerak Komunitas Guru Belajar Nasional.
Dalam diskusi tersebut beliau bertanya, "Untuk dihormati, tidak butuh perilaku marah-marah ke murid. Apa alternatif perilaku yang lebih baik?".
Pertanyaan simple namun cukup #menampar, #eh..
...saya pribadi tentunya. Karena saya nyadar, perilaku ini terkadang sering terjadi. Contoh sederhana, anak-anak yang lari-lari di depan gurunya yang duduk tanpa permisi, atau anak-anak yang bercanda sendiri dengan teman sebangkunya saat kita ngajar.
Situasi tersebut, saya akui terkadang bisa mendorong melakukan perilaku marah-marah. Karena ada sisi di dalam hati kita merasa tidak dihargai.
Nah dari diskusi Pak Bukik tersebut saya pun belajar banyak dari komentar kawan-kawan guru belajar. Dari beberapa komentar saya ambil beberapa yang bisa menjadi masukan dan arsip pribadi saya jika ingin mengingat-ingat lagi konten ini.
Apa sajakah itu? Berikut rangkumannya.
#NB: beberapa kata asli yang disingkat, saya buat tanpa disingkat.
"Lebih banyak mendengar dan memberi contoh" - Tunggul Harwanto
"Menunjukkan sifat tauladan" - Taufik Junaidie
"Buat komitmen bersama" - Puji Windriyani
"Teladan sikap dan ucapan..sering menyambangi ngobrol-ngobrol waktu istirahat juga bisa mendekatkan kita kepad mereka" - Susilaningtyas
"Lebih pendekatan dengan murid" - Anik Ekowati Ragung
"Perilaku yang lebih baik, tersenyum lalu bertanya" - Eka Wardana
"Keteladanan sosok seorang guru yang sadar akan perannya sebagai dan sadar akan segala perilaku dan sikapnya akan selalu dan pantas di gugu dan di tiru anak...#children see children do..." - Hayu Raras Anggani
"Saya tidak tahu dihormati seperti apa yang diinginkan oleh seorang guru. Saya guru SD, saya lebih bahagia saat anak2 tiba-tiba datang merangkul dari belakang saat saya asyik mengajari kawan2nya yang lain, atau tiba-tiba berlari menyambut saya yang baru tiba di sekolah dan ramai berebutan ingin membawa apapun yang saat itu saya pegang, atau bahkan tiba-tiba datang memangkukan dirinya saat kami lagi ngobrol di ruang makan" - Olle Hamid
"The energy you give the energy you will get" - Kartini Damanik
"Agar didengarkan siswa di kelas justru tidak dengan cara berteriak. Saya dulu coba memelankan suara. Justru dengan memelankan suara esensi pentingnya mendengarkan orang lain lebih sampai ke anak-anak dibanding justru mengeraskan suara. Seperti halnya marah-marah juga, inti pesan tidak sampai ke orang lain. Lebih efesien berdiskusi pikiran dan perasaan masing-masing" - Amalian Jiandra Tiasari
"Guru itu bermain-bermain dengan otak siswa ketika guru bisa membuka Gerbang pertama pada si otak penjaga ( Sang Reptil ) maka sang Limbik pun akan Membuka pintunya begitu pula si neokorteks Akan menyimpan semua informasi yang masuk padanya. So tidak perlu urat leher sang guru tegang atau marah2 karena anak sudah masuk dalam satu frekwensi ya itu zona Alfa.." - Mas Aji K
"Merespon sesuai kebutuhan emosi siswa. Lebih banyak mendengar dan bertanya tanpa menghakimi. Dengan begitu komunikasinya jadi dua arah" - Umi Nur Farida
"Bersahabat dengan siswa. Karena dalam persahabatan ada saling menghormati. Sejajar.Sangat berbeda antara "ditakuti" dan "disegani". Pribadi pemarah itu pribadi yang sangat lemah" - Sastro Harjo
"Diajak ngobrol, Pak. Ampuh kok" - Vivin Windajati
"Mengetuk hati mereka dengan doa-doa terbaik, berkomunikasi dengan hati" - Ummi Hidayati
"Dialog" - Kinanthi Rinjani
"Jadikan mereka teman" - Wawan rudiyanto
"Komunikasi yg baik, tidak harus dengan bahasa2 formal,penuh bunga2,apalagi bahasa yg tidak difahami anak2, justru bahasa sederhana tapi penuh makna,sesekali de gan guyonan layaknya teman,biasanya malah lbh mengena,jangan lupa buat komitmen diawal" - Syifa Abdurrahman
"Sebagai guru kita harus menjadi teladan yang baik dulu untuk anak, kemudian berkomunikasi yang baik dengan mereka menggunakan bahasa mereka sendiri sehingga mudah dipahami oleh anak" - Nela Yunita
Begitu segarkan rasanya membaca masukan dari kawan-kawan di atas? Meski demikian tidak salah rasanya untuk menjadikan pribadi belajar dan belajar untuk mengupgrade diri.
Penutup
Demikian ringkasan singkat point-point penting yang bisa saya rangkum dari diskusi Pak Bukik di Grub Facebook Komunitas Guru Belajar.
Apakah ada cara selain di atas, silahkan tambakan di kolom komentar.