System

Dialog #2: dengan Orang Tua Murid yang Meng-GE ER-kan di Warung

"Mendapatkan inspirasi dan evaluasi diri coba lakukan out the box, seperti dialog dengan orang-orang di luar lingkungan sekolah."

Taufik Junaidie Taufik Junaidie 4 min read

Mencari pemikiran baru, inspirasi dan evaluasi diri di sekolah, semestinya tidak hanya di lingkungan sekolah. Coba lakukan out the box seperti dengan masyarakat, penjaga warung, anak-anak kampung, preman, dan lain-lain. Dari situ nantinya ada beberapa masukan yang bisa kita ambil, dan menjadi bahan evaluasi diri.

Saya suka berdialog, dan mendengarkan beberapa masukan dari orang-orang seperti itu. Nah beberapa hari lalu ada yang menarik lagi yang saya dapat ketika saya ke warung membeli makanan di depan sekolah. Ceritanya kurang lebih seperti postingan saya yang sudah lama sekali yang berjudul ini Dialog dengan Orang Tua Murid yang Meng-GE ER-kan di Warung Kopi

Saya kembali berdialog dengan ibu warung yang dulu saya ceritakan di postingan tersebut. Bedanya, anak beliau sekarang sudah tidak bersekolah di sekolah kami lagi, karena sudah lulus dan sudah duduk di bangku SMA.

Dari dialog kami, intinya beliau menanyakan siapa pengganti kepala sekolah saya. Saya jelaskanlah bahwa PLH sekarang salah seorang guru senior di sekolah kami.

Lalu beliau bertanya lagi, "Kenapa tidak Bapak saja?".

Sontak saya sedikit bingung jawabnya. Lalu saya jawab saja, "Karena masih ada yang lebih senior, pangkat lebih tinggi dari saya Bu".

Yang mengejutkan saya, ketika beliau merespon begini, "Mestinya bapak saja jadi kepala sekolah".

Ini semakin membuat saya penasaran, hehe.

Kenapa kata saya?

"Karena Bapak baik, anak-anak suka dengan Bapak, dengan cara mengajar Bapak. Biasa kalau anak-anak kumpul di warung sini, mereka suka menceritakan mengenai Bapak." Bahkan kata beliau, anak-anak suka menceritakan ketidaksukaannya dengan beberapa guru-guru".

Ini membuat saya lumayan terkejut sekaligus ge-er 😁...

Oh ya, sebelum kejadian ini, saya juga pernah mendengar dari mulut masyarakat langsung. Waktu itu saya berjalan menuju parkiran karena mau pulang. Terdengar oleh saya suara sayup-sayup dari masyarakat berkumpul yang membicarakan saya, kurang lebih mengatakan begini, "Ini kepala sekolah", hehe...

Berbicara mengenai kepala sekolah, sebenarnya sekitar bulan November 2021 (2 bulan sebelum Kepsek saya pensiun), saya pernah diminta Pak Kepsek bahwa saya aja nanti menjadi PLH menggantikan beliau. Daripada nanti orang luar yang menjabat di sana. Tapi saya tidak mengiyakan. Karena masih ada guru senior di sekolah kami.

Namun seandainya direkomendasikan dan ditunjuk langsung oleh Kadis, sebenarnya ini adalah tantangan bagi saya. Jika diberi amanah tentu saya akan belajar, bagaimana mengembangkan diri sebagai pemimpin. 

Terus terang, saya sedikit bangga. Bangganya, karena ada kepercayaan dari Pak Kepsek saya saat itu, terlebih pandangan dari masyarakat. 

Back to topic...

Tulisan ini bukan bermaksud apa-apa ya. Tapi pesan yang ingin saya sampaikan, bahwa semua orang di sekitar kita menjadi penilai diri kita. Bukan hanya kepala sekolah menilai kinerja kita.

Oleh karena itu, menjadi pribadi yang bagus sebagai guru itu penting. Karena nantinya akan membawa nama baik ke luar sekolah.

Itu hikmah yang bisa saya tangkap.

Saya Mengajar

Sedikit bercerita bagaimana saya mengajar. Prinsipnya saya tidak seperti kebanyakan guru, yang biasanya kejar kurikulum, sekedar menunaikan tugas, masuk kelas, beri tugas segudang.

Saya pernah duduk di bangku sekolah, guru seperti itu sungguh saya benci. Karena tidak memahami murid. Guru yang tidak mencari tau kemampuan dan pemahaman siswanya sampai mana. Hanya memberi tugas, yang tidak ada contohnya.

Mengingat pengalaman itu, maka saya berprinsip begini.

Pertama, saya berpirinsip materi yang saya berikan tidak apa-apa sedikit, tidak perlu kejar kurikulum selesai. Yang penting saya bisa menjelaskan sejelas-jelasnya, dengan runut dan bisa mereka pahami, dengan bahasa sesederhana mungkin.

Karena sia-sia banyak memberi materi, tetapi mereka kaya orang balapan, tidak menikmati prosesnya.

Lebih baik memberikan sedikit materi, tetapi pembelajaran bermakna.

Kedua, saya tidak mendewakan nilai. Itu selalu saya sampaikan kepada mereka, berapa pun nilai mereka raih tidak masalah. Yang jadi masalah, jika sikap mereka dalam belajar tidak mencerminkan belajar.

Artinya begini...

Bukan nilai saja tujuan utama, tetapi bagaimana proses mereka di dalam kelas dalam belajar. Mulai dari melibatkan diri mereka, keaktifan, kejujuran, kerjasama, dan nilai-nilai karakter yang baik diterapkan.

Ketiga, tugas akhir yang saya beri selalu berkaitan dengan materi yang saya sampaikan. Jadi sebelum saya menyampaikan materi, patokannya saya lihat dulu tugas yang akan saya beri. Maka materinya harus menjawab semua pertanyaan yang akan saya berikan nanti.

Biasanya kalau kita tidak memerhatikan tugas yang tersedia di LKS atau buku paket, mereka nantinya akan kebingungan. Karena ada saja soal-soal yang tidak berkaitan materi dan tidak mungkin jika tidak mereka cari di Google. Lha, sekolah kami tidak menyediakan fasilitas seperti itu.

Dan yang terpenting, saya paling anti memberi tugas segudang.

Keempat, saya suka mengajak mereka terlibat. Seperti mengerjakan tugas kelompok, atau tugas keluar kelas. Seperti ini nih.

Yang paling mereka sukai sudah pasti jika ada gamenya, seperti ini.

Kelima, saya juga sangat mengusung pengembangan diri. Jadi tidak hanya terfokus dengan pembelajaran di kelas, tetapi bagaimana caranya agar bisa mengeluarkan bakat terpendam mereka. 

Sebelum pandemi saya menjadi motor dan membina beberapa ekskul, seperti futsal, menari, teater. Bukan saya pelatih ya, tetapi ada pelatih dari orang luar sekolah yang kami honorerkan. Meski begitu saya tetap membantu mengkoordinir, ikut melatih, dan menjadi penggerak kegiatan agar berjalan.

Alhamdulillah semua ekskul itu sudah membuahkan hasil juara beberapa kali tingkat kabupaten dan provinsi.

Yang tertinggi adalah menari, pernah dikutkan Festival Tari Anak Nasional di Taman Mini Indonesia Indah. Itu adalah momen luar biasa bagi kami.

Jadi demikianlah kurang lebih prinsip saya mengajar di sekolah. Bukan bermaksud ingin riya, tapi sekedar menuangkan pikiran saya ke dalam tulisan. Biarlah nanti akan jadi kenangan saya.

Akhir kata

Demikian cerita singkat saya hari ini, semoga saya selalu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Pribadi yang baik di mata seluruh warga kingkungan sekolah, masyarakat serta keluarga. Amin ya Robbal alamin.

Taufik Junaidie
Taufik Junaidie Kepala Sekolah, Finalis 5 besar SRB 2022, Certified Teacher, Google Certified Educator Lev. 2, Juara 1 Vidio Animasi se Kalsel, and Blogger
Komentar